SEJARAH SINGKAT PEMBENTUKAN PASKIBRAKA
Seorang
ajudan Presiden Republik Indonesia pertama, Mayor (L) Hussein Mutahar
(29 tahun), pada tahun 1946, di Istana Gedung Agung Yogyakarta mendapat
tugas dari Presiden untuk mempersiapkan Upacara Bendera Hari Ulang Tahun
Pertama Kemerdekaan Republik Indonesia. Pada saat itu Bapak Hs.Mutahar,
mempunyai pemikiran bahwa untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa,
sebaiknya pengibaran Bendera Pusaka Merah Putih (bendera pertama yang
dikibarkan di Pegangsaan Timur 56 sebelum Presiden Soekarno membacakan
teks Proklamasi) dilakukan oleh para pemuda Indonesia yang datang dari
seluruh propinsi.
Karena
saat itu pusat pemerintahan Republik Indonesia terpaksa harus pindah
dari Jakarta ke Yogyakarta, akibat dari aksi teror Belanda, maka tidak
mungkin keinginan mendatangkan para pemuda daerah itu berwujud. Sebagai
gantinya Pak Mutahar memilih 5 (lima) pemuda pelajar putra perwakilan
daerah yang ada di Yogyakarta, terdiri dari 3 orang putri dan 2 orang
putra (jumlah 5 = simbol Pancasila).
Regu
Pengibar Bendera Pusaka (RUKIBRAKA) dibentuk kembali pada Peringatan
HUT Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1947 dan 1948, yang bertugas di
istana Gedung Agung Yogyakarta, dengan komposisi anggota perwakilan
daerah yang berbeda.
Dua
puluh tahun kemudian, tahun 1966, Pak Hs. Mutahar diangkat menjadi
Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka (Dirjen UDAKA) Dep. P dan K,
dan setahun sesudah itu mendapat tugas dari Presiden Soeharto untuk
mempersiapkan upacara bendera pada HUT Kemerdekaan Republik Indonesia
XXI di Istana Merdeka.
Kesempatan
untuk mewujudkan gagasan 20 tahun yang lalu, yaitu mendatangkan
pemudi/pemuda utusan propinsi terbuka lebar. Tetapi waktu untuk
pemanggilan itu sangat mendesak, perlu diuji coba dulu tata cara
pendidikan/latihan dan penuaian tugas utamanya. Karena itu Pak. Hs.
Mutahar minta bantuan Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jakarta untuk
menggunakan para pramuka penegak menjadi anggota Pasukan Pengerek
Bendera Pusaka (PASKERAKA). Pola Pelatihannya menggunakan Latihan Pemuda
"Pandu lbu Indonesia berPancasila".
Baru
setelah uji coba ini dianggap berhasil, tahun 1968 mulai memanggil
pemuda pelajar SMTA dari seluruh Indonesia, setiap Propinsi/Da Ist/DKI
mengirim dua utusan seorang putra dan seorang putri. Hanya 23 dari 25
propinsi yang dapat mengirimkan utusannya. Pasukan yang dibentuk tahun
1968 ini dianggap sebagai Pasukan Pertama, yang terakhir mengibarkan
Bendera Pusaka. Bendera Pusaka yang berusia 23 tahun (dibuat bukan dari
kain yang bagus dan baru, dan dijahit oleh Ibu Fatmawati Soekarno serta
pernah diselamatkan oleh Bapak Hs. Mutahar dari kemungkinan perampasan
atas tentara Belanda) sudah dianggap tua untuk dikibarkan, warnanya pun
sudah bukan putih dan merah lagi. Yang dikibarkan oleh PASKIBRAKA 1969
adalah duplikat Pusaka, dan Bendera Pusaka bertugas "mengiring" bendera
yang akan dikibarkan dari tempat Inspektur Upacara (Presiden Republik
Indonesia) ke tiang bendera 17 ini dan pula saat penurunan bendera sore
hari. Mulai tahun 1974 pola latihannya sudah menggunakan Latihan
"Perintis Pemuda".